Membahas sesuka gue dan semau gue, yang penting gaya dulu filosofi mah belakangan

Lebih Baik Kita Bantu

Sudah lama saya tidak mencorat coret kembali blog saya tercinta. Mengikuti perkembangan berita yang berseliweran di dunia maya membuat saya sedikit mengutarakan (bukan uttaran yaa) uneg-uneg saya.

Mau bahas apa yaa?

Oh iya, kebetulan sudah memasuki bulan Ramadhan. Maka dari itu saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalakannya. Semoga puasanya lancar semua yaa, gaes.

Seperti puasa-puasa sebelumnya, tradisi puasa tahun ini sudah berbeda. Bagaimana tidak, dahulu ketika kita akan melaksanakan biasanya anak-anak kecil & remaja masjid berkeliling membangunkan orang-orang sahur. Atau tradisi ngabuburit dengan bercengkrama dengan teman, sekarang hanya melalui media sosial. Tapi tetap tradisi puasa di Indonesia dan masih tetap ada hingga kini adalah ....... menutup hordeng di rumah makan :))

Melalui lini masa, saya menemukan setidaknya ada sebuah kejadian yang menarik perhatian semua. Sebuah kejadian, inti kejadiannya sama tapi tempatnya berbeda-beda. Masalah toleransi, yaitu merazia rumah makan yang buka di bulan Ramadhan. Beberapa anggota Satpol PP merazia rumah makan dengan alasan menghormati umat muslim yang sedang berpuasa. Di Kota Serang misalnya, lima rumah makan yang kedapatan buka harus disita dagangannya sebagai bentuk peringatan. Sementara di Kabupaten Bogor, hal tersebut juga dilakukan. Satpol PP wilayah Majalengka juga tidak mau ketinggalan, mereka semua mempunyai tujuan yang sama yaitu menghormati umat muslim yang sedang berpuasa.

Gimana yaa cara ngungkapinnya?

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Saya menyebutnya (bahkan orang-orang yang paham kejadiannya) dengan "Puasa Manja".

Loh kok dibilang "Puasa Manja"?

Alasannya adalah, lebih baik menghormati orang yang tidak berpuasa. Ibadah puasa yang dijalankan adalah ibadah personal, orang lain tidak bertanggung jawab atas puasa kita. Kalau ada tukang cendol lewat di depan rumah kita sewaktu bulan Ramadhan terus kita minum, yang salah tetaplah kita. Apakah harus tukang cendol itu berteriak dengan lantang, "SALAH GUE?? SALAH ABANG CENDOL TEMEN TEMEN GUE??"

Kita hidup di Indonesia, negeri Bhinneka termasuk dalam kehidupan beragama tentu tidak semua menjalankan puasa. Saudara-saudara yang berbeda keyakinan tentu punya hak untuk makan, jadi tak ada boleh melarang hak mereka. Sementara saudara seiman juga jika memenuhi syarat dispensasi dari Allah SWT (sakit, haid, belum dewasa, musafir, tua renta) boleh tidak puasa.

Hal yang terpenting dalan puasa adalah melatih kesabaran, hati yang tenang dan ibadah dengan ikhlas. Tidak terpancing emosi, murah senyum dan tidak memaksa orang lain harus hormat. Puasa itu ibadah yang berisi hikayat perjuangan, melawan hawa nafsu. Lawanlah hawa nafsumu sendiri sebelum melawan nafsu orang lain. Bila kalian melihat orang lain makan lalu tergoda, yang bermasalah itu iman kalian, bukan warung makan. Kalau iman kuat, yaa jangan ikutan makan. Berpuasalah untuk Tuhanmu bukan untuk sesama manusia yang menghormatimu

Terakhir, mengutip perkataan Alm. Gus Dur, "Jika kita merasa Muslim terhormat, maka kita akan berpuasa dengan menghormati orang lain yang tidak berpuasa".

Maha benar Tuhan, maha salah diri kita. Mari berpuasa dengan ikhlas. Beragamalah jangan manja, kecuali bagi kita yang masih balita. Daripada saling menghujat yang sudah terjadi, lebih baik kita bantu.

Di Twitter, sedang ada penggalangan dana yang dilakukan oleh Mas Dwika Putra (@dwikaputra), penggalangan dana ditutup tanggal 12 Juni 2016 jam 12 siang. Bantuan tidak hanya untuk Ibu Eni (korban razia rumah makan oleh Satpol PP Kota Serang), bekerjasama dengan komunitas bantuan kemanusian lainnya, dana akan disalurkan secara berkala dan merata kepada yang terkena imbasnya, di Serang, Lebak dan sekitarnya.
More info, please contact at Twitter and his Line: dwikaputra

POSTED BY Abitd Muhtadin
DISCUSSION 1 Comment

One Response to : Lebih Baik Kita Bantu

  1. hairul says:

    Saya lebih berfikir kita hidup di suatu negara. maka wajib mengikuti semua aturan/hukum yang ada di negara tempat kita tinggal. Kalo ada rasa kejanggalan bisa di kita memberikan masukan, tapi jangan nabrak kanan kiri. Boleh juga memberikan bantuan seperti ini, sangat baik apalagi hitungannya jadi pahala, tapi saya lebih tertarik penggalangan dana seperti ini tidak terbuka terang2an. Bisa jadi ini jadi membuat ladang bagi pedagang yg lainnya untuk melakukan hal yg sama.
    Dan kebanyakan masyarakat mengira pelarangan gak boleh berjualan di daerah tertentu umat islam yang nyuruh, padahal memang pada dasarnya itu peraturan daerah tersebut yang sudah berlaku dan peraturan daerah gak tiba2 muncul seperti itu. Kenapa daerah lain gpp?? kembali lagi ada peraturan daerah masing-masing. Mudah2an media bukan menjadi bahan propokasi dengan bahasa yang cenderung membuat orang berfikir kemana mana. hehe. ingat media itu membuat berita juga mentingin rating dan traffic ^_^. hehehe ninggalin jejak ah :D www.hairulachsan.com

Leave a Reply

kalo komentar boleh yg asem asem aja, kalo pedes udah bosen

Diberdayakan oleh Blogger.