Membahas sesuka gue dan semau gue, yang penting gaya dulu filosofi mah belakangan

Revenge Is In God's Hands Not Mine

"As long as you can still grab a breath, you fight. You breath, keep breath. When there is a storm, and you stand in front of a tree. If you look at its branches, you swear it will fall. But if you watch a trunk, you will see its stability." - Huge Glass' Wife.

Di awal tahun 2016, dikejutkan dengan sebuah film yg membuka mata banyak orang. Bagaimana tidak? Seorang Alejandro Gonzalez Iñárritu kembali menggebrak perfilman dunia. DI tahun 2015 saja berbagai jenis film yg muncul dengan berbagai jenis genre, mulai dari The Avengers : Age of Ultron, Star Wars : The Force Awakens, Furious 7, Mad Max Fury Road, Ant-Man, The Hunger Games : Mockingjay Part 2, Fantastic Four, Jupiter Ascending, hingga Inside Out. Kini, membuka tahun 2016, Alejandro G. Iñárritu merilis film ber-genre Thriller yg berjudul The Revenant.


Om Leo

The Revenant pertama kali ditayangkan perdana di TCL Chinnese Awards, Los Angeles, USA tanggal 16 Desember 2015. Film ini dirilis terbatas tanggal 25 Desember 2015 dan baru disebarluaskan pada tanggal 8 Januari 2016. Film Based on True Events ini mendapat sambutan para kritikus film, mereka memuji peran seorang Leonardo DiCaprio dan Tom Hardy, kinerja Alejandro G. Iñárritu sebagai sutradara film, dan Emmanuel Lubezki sebagai seorang sinematografer. The Revenant memenangi 3 piala Golden Globe Awards (Best Picture, Best Actor dan Sutradara Terbaik) dan masuk dalam 12 nominasi Academy Awards ke-88, termasuk Best Picture, Best Actor (Leonardo DiCaprio) dan Best Supporting Actor (Tom Hardy).

So, apa yg membuat film ini sangat layak untuk ditonton sampai sampai masuk ke dalam nominasi Academy Awards??

The Revenant bercerita tentang seorang pemburu di tahun 1820 bernama Huge Glass (Leonardo DiCaprio), pernah diserang oleh seekor beruang grizzly. Ketika Glass berkutat akan keselamatan nyawanya, teman temannya yakni John Fitzgerald (Tom Hardy), Bridger (Will Poulter) dan Captain Andrew Henry (Domhnall Greeson) justru tidak menolongnya dan membiarkannya mati. Dengan penuh perjuangan, Glass mampu bertahan dan memutuskan untuk membalas dendam kepada Fitzgerald yg telah mengkhianatinya (termasuk membunuh anaknya, Hawk yg diperankan oleh Forest Goodluck).

Film yg berdurasi 156 menit ini mendapuk seorang Leonardo DiCaprio menjadi pemeran utama, mungkin anda yg menyukai akting DiCaprio berdoa agar sang aktor mendapatkan patung Oscars tahun ini lewat akting dramatisnya. Selama ini, 5 kali masuk nominasi Academy Awards, saya tidak mempermasalahkan DiCaprio gagal meraih Best Actor In Leading Role. Karena setiap dia masuk ke dalam nominasi, selalu ada nominator lain yg lebih oke darinya (tahun ini saingan DiCaprio adalah Matt Damon, pemeran utama film The Martian). Namun tidak pada penampilannya di film The Revenant, kali ini dia benar benar layak daripada nominator lain sekuat dia. Apalagi didukung oleh kinerja teknis, supporting actor dan sinematografi yg benar benar gokil.

Kenapa saya mengatakan gokil? Pertama kinerja teknis film ini sangat luar biasa, Mulai dari penempatan visual dan sound mixing yg memanjakan dan prima di setiap elemen, bahkan suara nafas saja bercerita banyak. Lalu kinerja Iñárritu sebagai sutradara berperan banyak, bisa dilihat sentuhannya di 10 menit pertama yg hampir sama dengan film sebelumnya, Birdman. As you know, film Birdman adalah pemenang Academy Awards di tahun sebelumnya sebagai Best Picture, dan The Revenant kembali masuk ke dalam nominasi hasil buah karya Iñárritu. Tanpa frame ala Iñárritu, mustahil sekali mampu menjaga ritme dan intimidasi setiap frame yg padat dan tersusun hingga akhir cerita. Iñárritu menyuguhkan bentuk konflik yg berbeda disini, benar benar natural. War dan emosional dari film yg menghabiskan budget sekitar US$ 135 juta ini sungguh rapi dan mampu membagi porsi dan adil untuk setiap para pemain seperti dia melakukannya di filmnya terdahulu.

revenant-gallery-01a-gallery-image.jpg (2000×1076)
Lagi bahas harga beruang grizzy satu ekor berapa :))

Kedua adalah supporting actor yg mumpuni, peran Tom Hardy, Domhnall Greeson dan Will Poulter mampu menghipnotis para penikmat film. Tom Hardy yg memerankan peran John Fritzgerald, penampilannya masih prima setelah dia didapuk menjadi pemeran utama untuk film Mad Max Fury Road. Ekspetasi saya melihat Tom Hardy benar benar gila, menjadi antagonis dalam suatu peran protagonis. Awalnya saya mengira dia menjadi protogonis, namun di tengah tengah film ia menjadi seorang antagonis yg sukses ia perankan. Memang dia tidak bermaksud berkhianat, tetapi egonya di film ini sangat raksasa.

Ketika Tom Hardy dan DiCaprio sudah diragukan lagi, supporting actor lainnya juga tidak kalah mentereng. Domhnall Greeson yg laris di film Star Wars : The Force Awakens, Ex-Machina dan Brooklyn tidak begitu menyia-nyiakan perannya di film The Revenant, kepuasan saya ada padanya walau dia tidak sering muncul pada setiap frame. Ditambah Will Poulter semakin matang dalam pendalaman karakter, peran nan krusial dia lahap dengan matang dan menyajikan peran-peran serius. Meskipun karakter Jim Bridger milik Will Poulter adalah karakter labil-follower order, tapi aktingnya sangat diacungi jempol. Kalau anda menonton lebih teliti, harusnya Will Poulter lah yg menjadi best supporting actor. Sayangnya, ada beberapa tokoh krusial yg bisa diperjelas urgensinya namun terpotong-potong karena saking banyaknya karakter di film ini.

vvvvpag.jpg (1181×786)
Make-up yg oke + akting yg gokil = The Revenant

Terakhir, merupakan bagian yg saya suka, bagian sinematografinya. Adalah Emmanuel Lubezki yg menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Visualisasi seolah-olah monokrom yg dapat mencuci mata penonton, long take yg memuaskan. Bukan hanya sekedar long take, dialog yg rapat dan mengedepankan visual dan sound mixing terapik, menjadikan film ini sangat layak untuk ditonton. Skenario dari film ini juga sangat menarik, penempatan kamera, make-up, haistyling dan costume design luar biasa.

Memang benar film The Revenant sangat dangkal untuk dipahami sebagai tema balas dendam dan durasi yg sangat lama (teman saya ada yg mengantuk ketika menonton film ini di bioskop), tapi saya mencoba melihat film ini dari sisi lain. Iñárritu mencoba memasukkan pesan religius dalam filmnya kali ini, lewat akting, visual dan sound mixing yg berpadu menjadi satu film yg sangat luar biasa. Saya melihat siklus Hugh Glass dalam setiap frame per frame adalah lingkaran yg tidak pernah terputus dalam mekanisme alam dengan kekuatan yg besar. Dimulai dari seorang pemburu beruang, bertarung dengan beruang, hingga menjelma menjadi seorang "beruang" yg mampu bertahan hidup dan tidak takut mati. Pada akhirnya, dia tetap memahami dan mengilhami bahwa balas dendam bukan dia lakukan. Balas dendam hanya di tangan Tuhan, entah bagaimana caranya.

"Revenge is in God's Hands not mine." - Hugh Glass


POSTED BY 404 NOT FOUND
DISCUSSION 1 Comment

One Response to : Revenge Is In God's Hands Not Mine

  1. Anonim says:

    Duh kang Leo pilm'na bagus pisan euy.. Ga sbr nntn the revenant,kasep pisan lah.....

Leave a Reply

kalo komentar boleh yg asem asem aja, kalo pedes udah bosen

Diberdayakan oleh Blogger.