Membahas sesuka gue dan semau gue, yang penting gaya dulu filosofi mah belakangan

Ketularan Hal Yang Sama

Di Indonesia, ada banyak sekali suku, ras dan budaya yang tersebar ke penjuru negeri. Mulai dari Sabang sampai Merauke, berjajar keanekaragaman budaya yang ada di 33 provinsi di Bumi Nusantara. Salah satunya adalah budaya nongkrong.


Nongkrong? Yapp, anda sebagai pembaca mungkin terdengar heran mendengar kata nongkrong disandingkan dengan keanekaragaman budaya Indonesia. Awalnya saya ragu juga terhadap hal tersebut, tapi saya mengetahuinya dari artikel yang sangat legendaris dari media online ternama, New York Times. New York Times sendiri membahas budaya nongkrong di tahun 2012, sang editorial bernama Sara Schonhardt menulis bagaimana brand 7-Eleven Indonesia (atau kebanyakan anak gaul disini menyebutnya dengan kata  "Sevel") mendapatkan profit yang tinggi lewat memanfaatkan kebiasaan orang Indonesia, yakni nongkrong.

Pertanyaannya adalah apakah budaya nongkrong memiliki dampak positif atau tidak?

New York Times, media ternama yang berpusat di kota New York, USA (bisa cek link) menceritakan tentang apa saja yang dilakukan oleh 7-Eleven dalam melakukan "perkembangbiakan" retail-retail mereka yang menjamur di Jakarta dan sekitarnya (7-Eleven hanya ada di Jakarta, maybe kota lain menyusul). Lewat PT Modern Putra Indonesia, usaha waralaba 7-Eleven yang ada menjadikan retail dengan profit terbesar, ini dikarenakan pihak 7-Eleven memanfaatkan aktifitas hangout yang dilakukan oleh masyarakat kita.

7-Eleven sudah membangun lebih dari 70 outlet, tersebar di berbagai tempat yang ada di Jakarta. Di tahun 2014 saja bisa meraup keuntungan sebesar Rp 467,1 miliar rupiah dalam waktu 6 bulan. Berdasarkan keterbukaan informasi Modern Internasional (induk dari PT Modern Putra Indonesia) yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (12/8/2014), disebutkan pendapatan gerai 7-Eleven meingkat 16,53% dari periode semester I/2013 yang mencapai Rp 400,8 miliar. Perseroan juga mencatat beban produk dari gerai 7-Eleven pada periode Januari-Juni 2014 mencapai Rp 278,8 miliar, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 245,2 miliar. Sementara itu, pendapatan total induk usaha pada Semester I/2014 tercatat mencapai Rp 702,7 miliar, naik dari periode yang di tahun sebelumnya yakni Rp 602,9 miliar. Dari sisi beban usaha secara keseluruhan juga meningkat menjadi Rp 419,4 miliar dari sebelumnya yaitu Rp 362,8 miliar.

Emiten berkode saham MDRN ini tercatat meraup laba bersih sebesar Rp 31,4 miliar pada semester I/2014, turun tipis dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 35,6 miliar. Laba bruto tercatat sebesar Rp 283,2 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 240 miliar. Laba operasi yang dibukukan mencapai Rp 85,1 miliar, dari sebelumnya Rp 68,9 miliar. Adapun laba periode berjalan tercatat sebesar Rp 32 miliar, turun dari periode sebelumnya yang mencapai Rp 36,7 miliar. Total aset perseroan tercatat meningkat menjadi Rp 2 triliun per 30 Juni 2014 dari sebelumnya Rp 1,8 triliun per 31 Desember 2013.

Strategi waralaba 7-Eleven telah menjadi supermarket kecil dengan murah menyediakan makanan dan minuman serta tempat duduk, yang membuat untuk menarik pelanggan di Jakarta adalah sangat kurang ruang rekreasi luar ruangan dan geram dengan kemacetan lalu lintas yang sering membatasi mobilitas.

Tidak hanya itu, di kota kota besar di Indonesia menyediakan tempat nongkrong dengan aneka keunikan yang membuat pelanggannya betah dan duduk duduk berlama lama. Masyarakat Indonesia terlalu ramah dalam hal ngobrol ataupun curhat kepada orang lain, kodrat manusia sebagai makhluk sosial kali yaa.




Yang lebih bikin mesem mesem sendiri adalah ketika New York Times menulis kalimat di artikelnya: "In many ways, the convenience store’s evolution was a given in a country like Indonesia, where the penchant for hanging out runs so deep that there is a word for sitting, talking and generally doing nothing: nongkrong"

Hahahahaha, benar benar saya tidak terpikirkan.

Sebetulnya, cerita budaya nongkrong  memang tidak melulu di luar rumah saja. Ketika ada waktu senggang untuk merelaksasikan pikiran sejenak, disitulah peluang terciptanya sebuah budaya nongkrong. Bisa bersama teman atau pacar, atau teman pacar (?).  Terus bagi yang sendirian bagaimana? Yaa tentu saja bisa, nongkrong nya sama kopi hitam pekat nan pahit seperti hidup ini (ahzeegg!!). Kalo kata Warkop DKI sih: "Ngobrol di warung kopi, nyentil sana dan sini. Sekedar suara rakyat kecil, bukannya mau usil".

Tapi kembali ke pertanyaan awal, selama ini apakah budaya nongkrong memiliki dampak positif atau tidak?


Seperti kalimat di dalam artikel New York Times bahwa nongkrong diartikan sebagai there is a word for sitting, talking and generally doing nothing alias duduk, ngobrol dan tidak melakukan apa apa. Mungkin para nongkrong holic protes terhadap kalimat Sara Schonhardt yang menurut mereka sangatlah kontroversi. Bagi saya, nongkrong memiliki 2 dampak yang berbeda:

Positif:
1. Mampu menciptakan ide ide baru yang menepis anggapan bahwa nongkrong is doing nothing, but doing something,
2. Mengurangi stress yang berkepanjangan untuk anda yang tinggal di kota besar,
2. Menghubungkan kekerabatan, mengikat erat hubungan pertemanan dan menyambung tali silaturahmi #anakgaulsyariah.

Negatif:
1. Bisa membuang buang waktu,
2. Terlalu banyak pembicaraan yang (mungkin) tidak berguna,
3. Terlalu keseringan juga tidak baik, nanti anda jadi DoNo (Doyan Nongkrong, red), membuat kita malas dan tidak tahu arah jalan pulang~ (yakaliii)

Kesimpulannya adalah hanya kita sendiri yang paham mengapa kita membutuhkan nongkrong. Kitalah yang bisa mengatur waktu dan kegunaan dari nongkrong itu sendiri. Nongkrong harus bermanfaat, tidak cuma omongan sesaat. Kapabilitas kita sebagai manusia menjadikan kita memiliki kuasa untuk melakukan aktifitas nongkrong sesuai keperluan.

Selama yang anda lakukan saat nongkrong itu postif, yakin deh hanya hal-hal positif juga yang akan mengikutinya. Bila kamu sudah terbiasa berkumpul dengan orang yang punya ambisi besar dan selalu berinovasi sejak muda, bukan tidak mungkin anda akan ketularan hal yang sama.

POSTED BY 404 NOT FOUND
DISCUSSION 2 Comments

2 Responses to : Ketularan Hal Yang Sama

  1. octalana says:

    Follow balik ya. Tks.
    http://octalana.blogspot.co.id/

Leave a Reply

kalo komentar boleh yg asem asem aja, kalo pedes udah bosen

Diberdayakan oleh Blogger.