Esensi Kasih Sayang
Kata orang, "tak kenal maka
tak sayang". Apabila kita ingin menyayangi sesuatu, haruslah kita kenal
terlebih dahulu. Tidak salah memang, namun apakah cuma berkenalan saja lalu
tidak saling melempar canda dan tawa agar bisa membuat senyawa bernama sayang?
Eits, jangan salah. Sayang adalah
senyawa kimia dalam hormon manusia yang terdiri dari beberapa variabel zat zat
atau unsur unsur didalamnya. Bila kita menginginkan rasa sayang ada di dalam
diri kita, maka kita tidak boleh melupakan zat zat penyebab dari senyawa
tersebut. Bisa jadi, dalam hal ini anda membutuhkan zat glukosa yang terlalu sering dilarutkan sehingga menyebabkan
terjadinya fluktuasi yang berkelanjutan.
Makna sayang dalam hidup kita
adalah menjaga atau memelihara. Mengapa bisa demikian? Karena pada dasarnya
manusia diciptakan dengan menghubungkan antara emosi dan pikiran, rasa dan
jiwa, serta penglihatan dan pendengaran. Semua itu dikoneksikan dan terhubung
ke dalam proccessor otak untuk
merespon hal hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari. Namun untuk membuat
rasa sayang dan mengasihi itu hadir, kita harus menghadirkan senyawa lain yang
berkaitan.
Yhaaa, mengasihi ...
Dikarenakan rasa mengasihi itu
datang disaat kita membutuhkan rasa sayang. Banyak orang (termasuk kita) tidak
menyadari bahwa rasa kasih dan mengasihi adalah bagian dari kesempurnaan rasa
sayang. Dalam hal ini, apabila kita mengasihi sesuatu yang kita anggap sebagai
media untuk dijaga atau dipelihara, kemudian timbul senyawa bernama sayang alias
ingin untuk memiliki. Maka, kita tidak ragu untuk menyebut peristiwa tersebut
sebagai dimensi "kasih sayang".
Dimensi kasih sayang, merupakan
gabungan dari unsur "kasih" ditambah dengan senyawa
"sayang" melalui perantara media untuk dijaga atau dipelihara. Sudah
jelas bahwa semua ciptaan langit dan bumi pantas untuk dikasihi dan disayangi. Tidak
hanya terhadap makhluk ilahi, tetapi peristiwa alam dan segala sesuatu tentang
ciptaan-Nya layak juga untuk mendapatkan dimensi tersebut.
Sering kita mendengar beberapa
orang berkata, "kasih sayang itu tidak pernah menuntut dan menerima dengan
apa adanya." Memang benar bahwa kasih sayang bisa menerima dengan apa
adanya, tapi nilai seperti itu harus diletakkan pada tempatnya, yaitu di dalam
lubuk hati sebagai dasar utamanya. Begitu pun dengan pelajaran hidup ini, kita
bisa mengambil sebuah nasihat untuk menyayangi kehidupan yang dititipkan
oleh-Nya.
Namun, jangan terlalu berlebihan.
Tidak bagus untuk kesehatan. Kalem saja tapi rutin untuk dilarutkan, mengingat
senyawa ini lebih peka dan sensitif bila kedalaman hormon terlalu naik. Ikhlas,
cinta dan bersyukur adalah unsur-unsur lain agar kasih sayang tetap larut tetapi tidak terlalu
berlebih plus tidak terlalu
berkurang, atau bisa dikatakan sesuai dengan ukurannya.
Pertanyaan selanjutnya adalah,
apa yang harus dilakukan selanjutnya? Berilah kasih sayang yang kita miliki dan
tebarkanlah kepada orang lain. Bila berat untuk memberi, maka mari mengingat
bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian.
Sederhana saja, manusia dan makhluk makhluk lainnya tidak ada yang abadi, bagiku kasih sayang tetaplah abadi untuk selamanya.
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)
Diberdayakan oleh Blogger.
Sayang itu sebenarnya universal ya, bisa sama siapa aja :D